Kamis, 19 Mei 2016

Penyesalan Seorang Teman



                Di sebuah desa, tinggalah seorang remaja bernama Aryo. Aryo merupakan remaja yang baik, pintar, dan sholeh. Aryo memiliki 3 orang teman yang bernama Edo, Ari, dan Reno. Edo dan Reno merupakan remaja yang nakal. Mereka suka merokok dan balap liar. Meskipun sering masuk rumah sakit dan kantor polisi, namun mereka tidak pernah kapok dan masih terus melakukan hobinya tersebut.

Sore itu, mereka berempat sedang nongkrong di warung tempat biasa mereka nongkrong. Aryo dan Ari membeli sebungkus gorengan dan minuman. Sedangkan Edo dan Reno sedang mengutak-atik motor yang biasa dipakai balap liar sambil menghisap sebatang rokok. “Masih aja ngerokok, racun semua itu isinya.” Sindir Aryo. “Sok tau Aryo, Kamu aja enggak ngerokok, darimana tau kalo isinya racun.” Jawab Edo. “Makanya ngerokok biar tau rasanya sama biar cepet gede. Hahaha” celetuk Reno. Aryo dan Ari hanya bisa terdiam. 

“Mau balapan lagi?” tanya Aryo kepada keduanya. “Iyalah, taruhannya gede malam ini, sayang kalau enggak ikutan” jawab Reno. “Kalau menang kan lumayan uangnya bisa buat jajan” tambah Edo. “Tapi uang yang didapet kan uang haram do, inget dosa do!” celetuk Ari. “Yaelah, dosa mah pikirin belakangan aja, mumpung masih muda seneng-seneng dulu kita.” Tangkas Edo. Hari pun sudah semakin sore, akhirnya mereka pun pulang ke rumah masing-masing. 

Keesokan harinya, seperti biasa mereka nongkrong lagi di warung biasa. Namun hari ini berbeda, karena Edo tidak ada. “Edo kemana no? Kok enggak kelihatan batang hidungnya?” tanya Ari. “Enggak tau dah, kemaren sih pulang dari balapan bareng, tapi dari pagi enggak kelihatan keluar rumah, rumahnya juga dari tadi kelihatan sepi.” Jawab Reno. “Coba telpon aja no?” tambah Aryo. Setelah ditelpon, ternyata yang menjawab adalah Ibunda Edo. Ternyata Edo sakit sejak tadi pagi dan dibawa ke Rumah Sakit.

Seminggu kemudian,  mereka nongkrong di warung tersebut, Edo belum juga sembuh dan Aryo berinisiatif mengajak Reno dan Ari menjenguk Edo. “No, Ri, nanti malam jenguk Edo yuk? Mumpung besok minggu, kasihan dia udah seminggu di Rumah Sakit belum sembuh-sembuh”. “Ayo, nanti malam abis isya janjian disini aja yak, berangkatnya bareng-bareng.” Jawab Ari. “Yaudah, nanti bawa 2 motor aja yak, Ari boncengan aja ama Aryo, soalnya Aryo udah punya SIM, jauh soalnya Rumah sakitnya, di desa sebelah.” Tambah Reno.

Malam harinya, mereka bertiga berkumpul di warung tersebut untuk menjenguk Edo. Karena rumah sakit di desa agak jauh dari tempat mereka tinggal, perjalanan menghabiskan waktu sekitar 30 menit. Sesampainya mereka dirumah sakit, mereka langsung masuk mencari ruangan Anggrek tempat Edo dirawat.

“Assalamualaikum”, Aryo mengucapkan salam. “Waalaikumsalam, Wah Edo, teman-temanmu datang nih.” Sambut ibunda Edo. Mereka bertiga masuk kamar tersebut dan melihat Edo dalam keadaan terbaring lemas dan terdapat infus ditangannya. Edo terlihat sangat kurus seperti tulang hanya terbungkus kulit saja. Mereka bertiga terlihat merasa iba terhadap keadaan Edo.

Mereka pun duduk disebelah tampat tidur Edo bersama Ibunya. Lalu Ibunya mulai menceritakan keadaan Edo. Katanya, setelah bermain sampai larut malam seminggu yang lalu, Edo di nasehati oleh ayahnya agar jangan bermain sampai larut malam, namun Edo tidak mendengarkan dan langsung menuju kamarnya untuk tidur. Pagi harinya, saat bangun tidur, Edo merasakan dadanya sakit. Karena ayahnya sudah berangkat kerja, akhirnya Ibunya memboncengkan Edo ke Rumah Sakit agar segera mendapat pertolongan. Ibunya bercerita sambil menangis. Ibu mana yang tega melihat anaknya kesakitan. Senakal-nakalnya anak, pasti Ibunya tetap sayang kepadanya.

Ibunya melanjutkan ceritanya. Kata dokter, Edo mengidap penyakit liver. Penyebabnya mungkin karena Edo sering merokok. “Iyalah, sehari bisa lima batang.” Bisik Reno kepada Aryo. Setelah itu, Aryo mencoba menenangkan Ibunya Edo.

Mereka pun berdiri menghampiri Edo yang terbaring lemas. “Gimana kabarmu Do?” tanya Reno. “Lemes No, kadang dada rasanya sakit banget.” Jawab Edo. “Yang sabar ya Do, mungkin ini cobaan dari Allah.” Ari menasehati. “Iya, Makasih ya semua udah mau jenguk.” Jawab Edo.

“Bro, Maafin semua salahku ya.” Lanjut Edo sambil tersenyum. Itu adalah senyuman Edo yang tertulus yang pernah dilihat teman-temannya. “Ya, tenang aja, pasti kita maafin kok.” Jawab Aryo. “Iya, makasih ya semuanya.” Jawab Edo. Lalu Edo melanjutkan perkataannya. “Selamat ya kalian semua, kalian masih diberi kesehatan dan umur panjang.” “Do, jangan mikir macem-macem ya? Kita yakin kamu bisa sembuh kok.” Tangkas Reno. “Kalau waktu dapat diulang, aku tidak akan mau menyentuh rokok. “Pesanku buatmu No, berhentilah merokok sebelum terlambat dan untuk Aryo sama Ari, kalian hebat, bisa terbebas dari rokok dan jauhi perokok.” Mereka bertiga terharu mendengar perkataan Edo yang begitu dalam maknanya.

Karena waktu sudah larut malam, mereka bertiga akhirnya pamit kepada Ibunda Edo serta Edo. Ternyata, Reno memberikan amplop kepada Ibunda Edo. Sesampainya diluar, Aryo bertanya kepada Reno, “No, Uangnya tadi dari mana?”. Reno menjawab, “Uang semalem Yo, Menang balapan.” “Astaghfirullah, itu uang haram No, Parah.” Tegas Ari. “Daripada kalian, enggak ngasih apa-apa” Jawab Reno. “Terserah lah” Teriak Aryo marah. “Ayo kita pulang Ri, Emosi jadinya.” Lanjut Aryo. Kemudian Aryo dan Ari pergi meninggalkan Reno pulang.

Keesokan harinya, karena hari minggu, pagi hari mereka bermain bola di lapangan. Lalu terdengar suara speaker masjid mengumumkan bahwa Edo meninggal dunia. Karena tidak percaya, mereka pun langsung pergi ke rumah Edo untuk mendapatkan kepastian. Ternyata dirumah Edo hanya ada Kakak dari Edo. Ternyata benar Edo telah meninggal dunia. Jenazah Edo akan dikuburkan siang ini. Mereka tak kuasa menahan air matanya, karena mereka sudah berteman dengan Edo sejak kecil. Sejak saat itu, Reno berupaya untuk menjauhkan dirinya dari rokok supaya kejadian seperti Edo tidak terulang kembali. Sedangkan Aryo dan Ari merasa beruntung karena bisa jauh dari rokok.