Di sebuah desa, tinggalah seorang
remaja bernama Aryo. Aryo merupakan remaja yang baik, pintar, dan sholeh. Aryo
memiliki 3 orang teman yang bernama Edo, Ari, dan Reno. Edo dan Reno merupakan
remaja yang nakal. Mereka suka merokok dan balap liar. Meskipun sering masuk
rumah sakit dan kantor polisi, namun mereka tidak pernah kapok dan masih terus
melakukan hobinya tersebut.
Sore itu, mereka berempat sedang
nongkrong di warung tempat biasa mereka nongkrong. Aryo dan Ari membeli sebungkus
gorengan dan minuman. Sedangkan Edo dan Reno sedang mengutak-atik motor yang
biasa dipakai balap liar sambil menghisap sebatang rokok. “Masih aja ngerokok,
racun semua itu isinya.” Sindir Aryo. “Sok tau Aryo, Kamu aja enggak ngerokok,
darimana tau kalo isinya racun.” Jawab Edo. “Makanya ngerokok biar tau rasanya
sama biar cepet gede. Hahaha” celetuk Reno. Aryo dan Ari hanya bisa terdiam.
“Mau balapan lagi?” tanya Aryo kepada
keduanya. “Iyalah, taruhannya gede malam ini, sayang kalau enggak ikutan” jawab
Reno. “Kalau menang kan lumayan uangnya bisa buat jajan” tambah Edo. “Tapi uang
yang didapet kan uang haram do, inget dosa do!” celetuk Ari. “Yaelah, dosa mah
pikirin belakangan aja, mumpung masih muda seneng-seneng dulu kita.” Tangkas
Edo. Hari pun sudah semakin sore, akhirnya mereka pun pulang ke rumah
masing-masing.
Keesokan harinya, seperti biasa
mereka nongkrong lagi di warung biasa. Namun hari ini berbeda, karena Edo tidak
ada. “Edo kemana no? Kok enggak kelihatan batang hidungnya?” tanya Ari. “Enggak
tau dah, kemaren sih pulang dari balapan bareng, tapi dari pagi enggak
kelihatan keluar rumah, rumahnya juga dari tadi kelihatan sepi.” Jawab Reno.
“Coba telpon aja no?” tambah Aryo. Setelah ditelpon, ternyata yang menjawab
adalah Ibunda Edo. Ternyata Edo sakit sejak tadi pagi dan dibawa ke Rumah
Sakit.
Seminggu kemudian, mereka nongkrong di warung tersebut, Edo
belum juga sembuh dan Aryo berinisiatif mengajak Reno dan Ari menjenguk Edo.
“No, Ri, nanti malam jenguk Edo yuk? Mumpung besok minggu, kasihan dia udah seminggu
di Rumah Sakit belum sembuh-sembuh”. “Ayo, nanti malam abis isya janjian disini
aja yak, berangkatnya bareng-bareng.” Jawab Ari. “Yaudah, nanti bawa 2 motor
aja yak, Ari boncengan aja ama Aryo, soalnya Aryo udah punya SIM, jauh soalnya
Rumah sakitnya, di desa sebelah.” Tambah Reno.
Malam harinya, mereka bertiga
berkumpul di warung tersebut untuk menjenguk Edo. Karena rumah sakit di desa
agak jauh dari tempat mereka tinggal, perjalanan menghabiskan waktu sekitar 30
menit. Sesampainya mereka dirumah sakit, mereka langsung masuk mencari ruangan
Anggrek tempat Edo dirawat.
“Assalamualaikum”, Aryo mengucapkan
salam. “Waalaikumsalam, Wah Edo, teman-temanmu datang nih.” Sambut ibunda Edo.
Mereka bertiga masuk kamar tersebut dan melihat Edo dalam keadaan terbaring
lemas dan terdapat infus ditangannya. Edo terlihat sangat kurus seperti tulang
hanya terbungkus kulit saja. Mereka bertiga terlihat merasa iba terhadap
keadaan Edo.
Mereka pun duduk disebelah tampat
tidur Edo bersama Ibunya. Lalu Ibunya mulai menceritakan keadaan Edo. Katanya,
setelah bermain sampai larut malam seminggu yang lalu, Edo di nasehati oleh
ayahnya agar jangan bermain sampai larut malam, namun Edo tidak mendengarkan
dan langsung menuju kamarnya untuk tidur. Pagi harinya, saat bangun tidur, Edo
merasakan dadanya sakit. Karena ayahnya sudah berangkat kerja, akhirnya Ibunya
memboncengkan Edo ke Rumah Sakit agar segera mendapat pertolongan. Ibunya
bercerita sambil menangis. Ibu mana yang tega melihat anaknya kesakitan. Senakal-nakalnya
anak, pasti Ibunya tetap sayang kepadanya.
Ibunya melanjutkan ceritanya. Kata
dokter, Edo mengidap penyakit liver. Penyebabnya mungkin karena Edo sering
merokok. “Iyalah, sehari bisa lima batang.” Bisik Reno kepada Aryo. Setelah
itu, Aryo mencoba menenangkan Ibunya Edo.
Mereka pun berdiri menghampiri Edo
yang terbaring lemas. “Gimana kabarmu Do?” tanya Reno. “Lemes No, kadang dada
rasanya sakit banget.” Jawab Edo. “Yang sabar ya Do, mungkin ini cobaan dari
Allah.” Ari menasehati. “Iya, Makasih ya semua udah mau jenguk.” Jawab Edo.
“Bro, Maafin semua salahku ya.”
Lanjut Edo sambil tersenyum. Itu adalah senyuman Edo yang tertulus yang pernah
dilihat teman-temannya. “Ya, tenang aja, pasti kita maafin kok.” Jawab Aryo.
“Iya, makasih ya semuanya.” Jawab Edo. Lalu Edo melanjutkan perkataannya.
“Selamat ya kalian semua, kalian masih diberi kesehatan dan umur panjang.” “Do,
jangan mikir macem-macem ya? Kita yakin kamu bisa sembuh kok.” Tangkas Reno.
“Kalau waktu dapat diulang, aku tidak akan mau menyentuh rokok. “Pesanku buatmu
No, berhentilah merokok sebelum terlambat dan untuk Aryo sama Ari, kalian
hebat, bisa terbebas dari rokok dan jauhi perokok.” Mereka bertiga terharu
mendengar perkataan Edo yang begitu dalam maknanya.
Karena waktu sudah larut malam,
mereka bertiga akhirnya pamit kepada Ibunda Edo serta Edo. Ternyata, Reno
memberikan amplop kepada Ibunda Edo. Sesampainya diluar, Aryo bertanya kepada
Reno, “No, Uangnya tadi dari mana?”. Reno menjawab, “Uang semalem Yo, Menang
balapan.” “Astaghfirullah, itu uang haram No, Parah.” Tegas Ari. “Daripada
kalian, enggak ngasih apa-apa” Jawab Reno. “Terserah lah” Teriak Aryo marah.
“Ayo kita pulang Ri, Emosi jadinya.” Lanjut Aryo. Kemudian Aryo dan Ari pergi
meninggalkan Reno pulang.
Keesokan harinya, karena hari minggu,
pagi hari mereka bermain bola di lapangan. Lalu terdengar suara speaker masjid
mengumumkan bahwa Edo meninggal dunia. Karena tidak percaya, mereka pun
langsung pergi ke rumah Edo untuk mendapatkan kepastian. Ternyata dirumah Edo
hanya ada Kakak dari Edo. Ternyata benar Edo telah meninggal dunia. Jenazah Edo
akan dikuburkan siang ini. Mereka tak kuasa menahan air matanya, karena mereka
sudah berteman dengan Edo sejak kecil. Sejak saat itu, Reno berupaya untuk
menjauhkan dirinya dari rokok supaya kejadian seperti Edo tidak terulang
kembali. Sedangkan Aryo dan Ari merasa beruntung karena bisa jauh dari rokok.