Pendahuluan
Secara
umum terdapat beberapa dasar penyusunan struktur organisasi, yakni:
•
Berdasar produk
Misalkan
perusahaan General mempunyai pembagian organisasi berdasarkan produknya
sehingga perlu dibentuk beberapa divisi seperti General Motor, General Food dan
General electric.
•
Berdasar lokasi
Beberapa
perusahaan BUMN membagi organisasinya berdasarkan wilayah regi onal seperti
Telkom Devisi Regional Jawa Timur atau Nokia untuk wilayah Asia dan lain-lain.
•
Berdasar proses
Beberapa
perusahaan mungkin membagi organisasinya berdasarkan proses pembuatan produk.
Misalnya organisasi dibagi menjadi departemen pengecoran, pengelasan dan
finishing.
•
Berdasar pelanggan
Misalkan
perusahaan Nestle membagi divisi produksi susu bayi dan susu dewasa untuk
melayani pelanggan anak-anak dan dewasa.
•
Berdasarkan Fungsi
Perusahaan
membagi organisasinya berdasarkan fungsi- fungsi seperti keuangan, personalia,
produksi dan lain-lain.
Proyek Sebagai Bagian dari
Organisasi Fungsional
Sebagai salah satu alternatif untuk memberikan
tempat bagi proyek, kita bisa memasukkan proyek sebagai bagian dari divisi
fungsional dari suatu perusahaan. Organisasi fungsional membagi departemennya berdasarkan
fungsi- fungsi yang dilakukan bagian yang ada. Di sini kita mengenal fungsi
pemasaran, fungsi personalia, fungsi produksi, fungsi keuangan dan sebagainya,
bergantung pada kebutuhan perusahaan untuk menangani pekerjaannya. Keuntungan/kelebihan
dari struktur organisasi proyek yang melekat pada unit fungsional ini adalah:
·
Adanya fleksibilitas yang tinggi dalam
penggunaan staf/karyawan.
Jika sebuah divisi fungsional yang tepat
telah dipilih sebagai "tempat" proyek, divisi tersebut akan menjadi
base administrasi bagi orang- orang yang mempunyai keahlian tertentu yang
terlibat dalam proyek. Orang- orang tersebut bisa ditugaskan kembali ke
pekerjaan normal semula. Orang- orang dengan keahlian tertentu bisa ditugaskan
di banyak proyek yang berbeda. Dengan luasnya dasar teknis yang tersedia di masing-masing
unit fungsional, personel dapat relatif mudah untuk ditukar.
·
Orang- orang dengan keahlian yang
berbeda dapat dikelompokkan dalam satu group untuk berbagi pengetahuan dan
pengalaman yang sangat berma nfaat bagi pemecahan masalah teknis.
·
Divisi fungsional yang bersangkutan bisa
jadi basis bagi kelangsungan teknologi bila para personel keluar dari proyek
atau organisasi induk.
·
Divisi fungsional mempunyai jalur- jalur
karir bagi mereka yang mempunyai keahlian tertentu. Proyek bisa menjadi ajang
untuk menunjukkan prestasi yang selanjutnya bisa mempengaruhi perkembangan karir
diorganisasi induknya.
Sedangkan
keterbatasan atau kekurangan yang ada dalam struktur ini adalah :
·
Klien tidak menjadi perhatian utama dari
aktivitas yang dilakukan orang-orang yang terlibat proyek. Mereka lebih memberikan
perhatian kepada unit fungsional dari mana mereka berasal.
·
Divisi fungsional cenderung berorientasi
pada aktivitas-aktivitas khusus yang sesuai dengan fungsinya. Jarang
berorientasi pada masalah (problem oriented) di mana proyek harus berhasil.
·
Kadang-kadang dalam proyek yang di
organisasi secara fungsional ini tidak ada individu yang diberi tanggung jawab
penuh untuk mengurus proyek. Kegagalan memberikan tanggung jawab ini bisa
berarti manajer proyek diberi tanggung jawab pada beberapa bagian proyek sementara
bagian yang lain di berikan pada orang lain.
·
Motivasi orang yang ditugaskan ke proyek
cenderung lemah. Proyek bukan merupakan minat utama dan bukan mainstream bagi
anggota.
·
Penyusunan organisasi seperti ini tidak
memberikan pendekatan yang holistik terhadap proyek. Proyek yang komplek secara
teknis tidak dapat di kerjakan secara baik tanpa totalitas.
Organisasi Proyek Murni
Bentuk lain dari organisasi proyek adalah organisasi
proyek murni (pure project organization). Proyek terpisah dari organisasi
induk. la menjadi organisasi tersendiri dalam staf te nis tersendiri,
administrasi yang terpisah dan ikatan dengan organisasi induk berupa laporan
kemajuan atau kegagalan secara periodik mengenai proyek. Pimpinan dalam hal ini
manajer proyek bisa melakukan pembangunan sumber daya dari luar berupa sub
kontraktor atau supplier selama sumber daya itu tidak bersedia atau tidak bisa
dikendalikan dalam organisasi.
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah:
·
Manajer proyek ( MP) mempunyai wewenang penuh untuk
mengelola proyek.
·
Semua anggota tim proyek secara langsung bertanggung
jawab terhadap manajer proyek.
·
Rantai komunikasi menjadi pendek, yakni antara manajer
proyek dengan eksekutif secara langsung.
·
Bila ada proyek yang sejenis berturut-turut,
organisasi itu bisa memanfaatkan para ahli yang sama sekaligus melakukan
kaderisasi dalam penguasaan teknologi tertentu.
·
Karena kewenangan terpusat, kemampuan untuk membuat
keputusan bisa cepat dilakukan.
·
Adanya kesatuan komando.
·
Bentuk ini cukup simpel sehingga mudah dilaksanakan.
·
Adanya dukungan secara menyeluruh terhadap proyek.
Keterbatasan yang ada dalam struktur organisasi ini
adalah:
·
Bila organisasi induk mempunyai banyak proyek yang
harus dikerj akan
·
Struktur ini akan menambah biaya yang cukup mahal bagi
organisasi induk.
·
Sering kali manajer proyek menumpuk sumberdaya secara
berlebihan untuk mendapatkan dukungan teknis dan teknologi sewaktu-waktu diperlukan.
·
Bila proyek selesai akan terjadi masalah tentang
bagaimana nasib pekerja proyek yang ada.
·
Ketidakkonsistenan prosedur bisa sering terjadi dengan
memakai alasan " memenuhi permintaan klien".
Organisasi Matriks
Organisasi ini merupakan jalan tengah antara
keduanya. Dengan demikian organisasi fungsional dan murni mewakili keadaan
ekstrim. Organisasi matriks merupakan kombinasi keduanya. Organisasi matriks
adalah organisasi proyek murni yang melekat pada divisi fungsional pada
organisasi induk. Pendekatan matriks ini mempunyai kelebihan-kelebihan:
·
Proyek mendapatkan perhatian secukupnya.
Satu orang yakni manajer proyek bertanggungjawab mengelola proyek, agar bisa
selesai tepat waktu dalam batas biaya dan spesifikasi yang ada.
·
Karena organisasi matriks melekat pada
unit fungsional organisasi induk maka mudah untuk mendapatkan orang potensial
yang dibutuhkan dari setiap unit fungsional. Jika terdapat banyak proyek, orang-orang
ini tersedia bagi semua proyek sehingga secara nyata mengurangi duplikasi
penyediaan sumberdaya seperti yang terjadi dalam organisasi proyek murni.
·
Tidak ada masalah yang berat yang akan
menyusul berkenaan dengan nasib pekerja proyek jika suatu proyek selesai.
Orang-orang yang terlibat di proyek akan bekerja kembali di unit fungsional
tempat mereka berasal. Ini berbeda dengan yang terjadi pada organisasi proyek
murni.
·
Tanggapan terhadap keinginan yang di
minta oleh klien bisa cepat di berikan seperti dalam organisasi proyek murni.
Begitu juga respon terhadap permintaan dari organisasi induk bisa dilakukan
dengan cepat. Suatu proyek yang 'bertempat' pada organisasi induk yang sedang
beroperasi harus tanggap terhadap kebutuhan perusahaan induknya, kalau proyek
tetap ingin berjalan.
·
Dengan manajemen matrik proyek akan
mempunyai akses perwakilan dari divisi administrasi perusahaan induk, sehingga
konsistensinya dengan kebijaksanaan, prosedur dari perusahaan induk tetap terjaga.
Konsistensinya dengan prosedur perusahaan induk akan sangat mendukung
kredibilitas proyek di dalam administrasi organisasi induk.
·
Bila ada beberapa proyek yang bersamaan,
organisasi matrik memungkinkan distribusi sumberdaya yang lebih seimbang untuk mencapai
berbagai target dari beberapa proyek yang berbeda-beda.
·
Pendekatan holistik terhadap kebutuhan
organisasi secara menyeluruh ini memungkinkan proyek dijadwalkan dan diberi
porsi personel untuk mengoptimalkan performansi organisasi secara menyeluruh
dan tidak hanya mengutamakan keberhasilan proyek dengan mengorbankan proyek
yang lain.
Keterbatasan-keterbatasan
yang dipunyai organisasi matrik adalah:
·
Dalam organisasi proyek murni jelas
bahwa Manajer Proyek adalah sentral pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan proyek. Dalam proyek yang dikelola oleh satu unit fungsional, tidak ada
keraguan bahwa divisi fungsional yang bersangkutan yang memegang pengambil
keputusan.
·
Dalam organisasi matrik terdapat kekuatan
yang seimbang antara manajer fungsional dan manajer proyek, sehingga bila
terdapat perintah dari dua manajer ada keraguan perintah manajer mana yang harus
dipenuhi dahulu, pekerjaan proyek bisa jadi terbengkalai.
·
Perpindahan sumberdaya dari satu proyek
ke proyek lain dalam rangka memenuhi jadwal proyek bisa meningkatkan persaingan
antar manajer proyek. Masing-masing manajer proyek ingin memastikan
proyeknyalah yang akan sukses bukan target organisasi secara keseluruhan.
·
Manajemen Matrik melanggar prinsip utama
dari manajemen yakni kesatuan komando (unity of command). Pekerja minimal
mempunyai dua atasan yakni manajer fungsional dan manajer proyek. Loyalitas terhadap
siapa yang lebih diutamakan akan menjadi masalah.
Memilih Bentuk Organisasi Proyek
Kriteria-kriteria yang mendasari pemilihan bentuk
ini:
- Frekuensi adanya proyek baru: berapa sering suatu perusahaan mendapat proyek dan sejauh mana perusahaan induk tersebut terlibat dengan aktivitas proyek.
- Berapa lama proyek berlangsung.
- Ukuran proyek: tingkat pemakaian tenaga kerja, modal dan sumber daya yang dibutuhkan.
- Kompleksitas hubungan: jumlah bidang fungsional yang terlibat dalam proyek dan bagaimana hubungan ketergantungannya.
Kriteria-kriteria lain sebagai pertimbangan pemilihan
bentuk organisasi adalah ketidakpastian, keunikan, pentingnya faktor biaya dan
waktu. Suatu proyek yang mempunyai kepastian tinggi dan sedikit risiko, sedangkan
faktor biaya dan waktu bukan masalah penting lebih sesuai dikelola oleh task
force. Sedangkan untuk proyek yang berisiko tinggi dan penuh ketidakpastian,
biaya dan waktu merupakan hal yang kritis, lebih cocok digunakan organisasi
matriks atau organisasi proyek murni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar